Selamat Datang di tirmidzi85.blogspot.com, Semoga Bermanfaat bagi Kita Semua

Rabu, 21 Oktober 2009

Sarwaan Sebagai Tradisi Solutif

Sarwaan Sebagai Tradisi Solutif
Oleh: TIRMIDZI*


Arus modernisasi di satu sisi benar-benar telah memorak-porandakan tatanan kehidupan masyarakat dewasa ini. Bukan hanya masyarakat kota, tapi wabah modernisasi juga telah menjelma ke dalam kehidupan masyarakat desa. Bukti konkritnya, telah banyak tradisi-tradisi lokal yang sudah bergeser dari substansinya, dan yang lebih tragis ada tradisi yang digantikan dengan tradisi produk modernisasi yang kurang jelas nilai historisitasnya. Fenomena demikian juga terjadi pada masyarakat Madura.
Masyarakat Madura yang terkenal dengan sikap konsolidasi dan gotong-royong yang kuat antarsesama kini telah dirasuki virus-virus individualisme, hedonisme, materialisme, pragmatisme, dan semacamnya. Faham-faham demikian telah mengubah konstruk pemikiran mereka, sehingga pernyataan Nurul Huda (2003) "bahwa di zaman modern ini konstruk pemikiran orang-orang desa tidak jauh berbeda dengan orang-orang kota" akan menjadi kenyataan bagi masyarakat Madura. Setelah penulis perhatikan, banyak di antara mereka yang tidak mengenal tetangga mereka, kurang perhatian dalam masalah sosial, mengabaikan nilai-nilai kultur lokal, dan semacamnya sebagaimana terjadi dalam masyarakat kota.
Pada awalnya, sebagaimana penulis ketahui, dalam masyarakat Madura sangat kental sikap kebersamaan, persatuan, dan penghormatan. Sikap tersebut tercermin dalam slogan yang amat masyhur di kalangan masyarakat Madura "Sataleh settong kategguen", satu tali satu pegangan. Sehingga, apapun statusnya tapi dia masih orang Madura tetap harus dibantu dan dihormati dengan tanpa membedakan stratifikasi sosial, keagamaan atau status lainnya. Ketika salah satu di antara mereka melaksanakan hajatan maka yang lainnya akan membantu sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, bahkan tanpa diundang sekalipun. Jadi tidak heran ketika orang Madura merantau ke daerah luar akan membentuk sebuah komonitas Madura sebagai implementasi kepedulian dan kebersamaan mereka antarsesama masyarakat Madura. Begitu juga ketika salah satu di antara mereka direndahkan martabatnya, dilecehkan, dihina atau lainnya, maka masyarakat yang lain akan dengan rela hati membantu mereka untuk menjaga kehormatan bersama.
Namun ironisnya, tradisi-tradisi sebagaimana disebutkan di muka telah tergeser dewasa ini. Modernisasi dan globalisasi benar-benar telah memarjinalkan budaya dan tradisi masyarakat desa, termasuk masyarakat Madura. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah-langkah solutif untuk mereaktualisasikan tradisi-tradisi tersebut dengan membangun kembali kesadaran umat yang kini telah terjangkit virus-virus produk modernisme. Tentunya upaya demikian bukanlah pekerjaan mudah, tapi dibutuhkan kometmen dari semua fihak baik tokoh agama dan masyarakat, pemerintah, dan masyarakat secara umum, di samping juga dibutuhkan media untuk menyalurkan langkah-langkah dimaksud.

Sarwaan Sebagai Solusi
Salah satu media yang musti diapresiasi oleh seluruh masyarakat Madura adalah sarwaan. Sarwaan merupakan salah satu tradisi yang sangat kental di kalangan masyarakat Madura yang sampai saat ini masih eksis. Secara bacaan, ritual ini hampir sama dengan tahlilan namun ada bacaan yang berbeda di beberapa sisinya, di samping juga ritual ini dilaksanakan oleh anggota yang telah terorganisir secara bergilir. Biasanya, dalam acara ini ditambah dengan ceramah keagamaan atau orasi sosial, budaya bahkan politik, sedangkan topiknya bergantung pada permintaan anggota, yang kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang antar anggota.
Melihat mekanisme tradisi tersebut, penulis menilai bahwa tradisi itu dapat dijadikan salah satu media untuk merevitalisasi tradisi-tradisi lain yang mulai pupus ditelan zaman. Yang sangat penting adalah bahwa dalam tradisi sarwaan terdapat nilai-nilai terselubung yang bisa memberikan pencerahan atau penyadaran bagi anggotanya yang pada akhirnya dapat ditransformasikan dalam konteks yang lebih luas. Pertama, nilai spiritual-vertikal. Nilai ini tercermin dari bacaan-bacaan sarwaan yang berisi pengagungan kepada Tuhan, bersholawat kepada sang revolusioner umat manusia di samping juga ceramah atau orasi yang rata-rata diisi dengan tema keagamaan. Nilai demikian dapat membangun konstruk dan spirit baru bagi masyarakat terkait dengan pemahaman keagamaan ditengah badai modernisasi yang seakan terus menghapusnya sedikit demi sedikit, dan pada gilirannya acara demikian akan melahirkan kesadaran tradisi back to religion di tengah masyarakat, khususnya di Madura.
Kedua, nilai sosial-horizontal. Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa sikap dan tradisi kebersamaan, gotong-royong dan solidaritas yang amat kuat di antara masyarakat Madura tengah mengalami kemerosotan yang amat pesat. Dalam hal ini tradisi sarwaan memiliki peran yang sangat vital, dimana dengan tradisi tersebut masyarakat dapat bersilaturrahim dan bertukar fikiran satu sama lain sehingga ada saling kesepahaman di antara mereka. Tradisi sarwaan juga menunjukkan kepedulian dan kebersamaan masyarakat kaitannya dengan status mereka sebagai mahluk sosial yang akan selalu membutuhkan orang-orang di sekitarnya. Walaupun hanya dengan suguhan yang sederhana semisal aeng pote, ghuringa geddheng, tapai, tononah sabreng (air putih, pisang goreng, tape, singkong bakar), dan lainnya, mereka tetap hadir bersama demi untuk membangun solidaritas yang sudah mulai terkoyak.
Oleh karena itu, tradisi sarwaan patut dijaga kelestaraiannya karena dapat dijadikan salah satu media solutif untuk mewujudkan kembali tradisi-tradisi yang telah hilang di tengah zaman modern ini. Virus individualisme, materialisme dan pragmatisme yang telah menjangkit masyarakat (Madura) dewasa ini setidaknya dapat diminimalisasi dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi sarwaan dimaksud. Akhiran, ada sebuah pepatah mengatakan bahwa "menjaga dan melestarikan sebuah tradisi lebih sulit dari menciptakan tradisi itu sendiri".


* Penulis Aktif di Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahnks atas komentarnya...