Selamat Datang di tirmidzi85.blogspot.com, Semoga Bermanfaat bagi Kita Semua

Jumat, 03 April 2009

KAJI-KARSA DAN NURANI MASYARAKAT

KAJI-KARSA DAN NURANI MASYARAKAT
Oleh: Tirmidzi*


Alhamdulillah….!!!. kalimat itulah yang pantas pertama kali diucapkan, mengingat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jatim telah selesai dilaksanakan, toh walaupun masih banyak hal yang harus dipertanyakan, semisal money politik dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Tapi, paling tidak pesta demokrasi atau lebih pasnya pesta rakyat telah digelar secara langsung untuk kali pertama sebagai even penting bagi masyarakat jawa timur untuk menorehkan sejarah baru sekaligus sebagai momentum politik yang amat penting bagi mereka untuk melakukan perubahan dan perbaikan bagi kondisi masyarakat dan wajah biroksasi Jatim.
Berdasarkan quick count tampaknya pemilihan cagub-cawagub harus dilaksanakan dua kali putaran. Dalihnya, sampai saat ini semua pasangan calon belum ada yang mendapat suara sampai 30% sebagaimana diatur dalam undang-undang no 12 tahun 2008 tentang Pilkada. Komisi Pemilihan Umum Jatim akan mempersiapkan pemilihan putaran kedua setelah ada hasil penghitungan manual, sebagaimana diutarakan oleh salah satu anggota KPU Jatim, Arief Budiman, di Surabaya bahwa persiapan putaran kedua akan dilaksanakan jika hasil penghitungan manual telah selesai dan tidak ada gugatan.(Kompas, 25/08)
Dalam hal ini, tampaknya pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) dan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (KaJi) yang akan bersaing di atas panggung kedua nanti. Hitungan sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa pasangan KarSa meraup 26,95 % sedangkan pasangan KaJi memperoleh 25,38 % suara.
Kedua kandidat tersebut sama-sama memiliki reputasi, intelegensi dan kapabelitas serta profesionalitas tersendiri. Keadaan demikian akan memberikan peluang tersendiri bagi mereka dalam pemilihan tahap kedua. Sebab, sudah barang tentu masyarakat tidak hanya melihat sisi penampilannya saja, tapi yang terpenting bagaimana pemimipin mereka nanti bisa mendengarkan suara semua lapisan masyarakat dan mampu memecahkan problematika yang menggerogoti Jatim dewasa ini, seperti masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Di samping itu, background politis yang melatar belakangi mereka juga akan memberikan nilai plus dalam competition terkait dengan perolehan suara. Soekarwo—atau lebih dikenal dengan Pakde Karwo—merupakan politisi “tua” yang perjalanan politiknya sudah banyak dikenal dalam tingkat lokal maupun nasional, ditambah dengan reputasi wakilnya, Saifullah Yusuf, dimana dia adalah seorang Gus yang juga tidak diragukan pendukungnya. Tapi, patut juga diingat bahwa Khofifah adalah sosok wanita muda yang juga memiliki reputasi mapan dalam kancah politik. Kehawaannya juga menjadi peluang baginya, sebab dalam dialah satu-satunya wanita yang berani maju untuk memimpin Jatim setelah beberapa pereode dipimpin oleh kaum adam yang dianggap belum berhasil. Di samping ia pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di era pemerintahan Gusdur, dia juga menjabat sebagai ketua umum PP Muslimat NU yang cukup besar massanya. Sedangkan wakilnya, Mudjiono adalah kepala staf Komando Daerah Meliter (Kodam) pereode 2005-2008 juga cukup banyak dan tidak diragukan penggemarnya.
Dengan demikian, para kandidat yang akan bersaing dalam putaran kedua nanti merupakan sosok yang kredibilitas dan profesionalitasnya sama-sama diakui dalam ranah perpolitikan, khususnya di Jatim. Lantas apa yang akan mereka lakukan dalam putaran kedua nanti untuk menggalang massa? Mungkinkah mereka memasrahkan pada parpol yang mengusung mereka?

Merebut Nurani Masyarakat
Pada masa orde lama, mesin partai politik sangat produktif dalam mobilisasi massa. Waktu itu, partai yang memiliki banyak massa dapat dipastikan akan menjadi pemenang dalam pemilu. Partai benar-benar menjadi mesin penggerak para kandidat yang dicalonkannya. Pada masa orde baru, kekuatan partai politik masih terasa signifikansinya dalam mobilisasi massa, tapi sudah terdapat pergeseran fungsi (purpose displacement) dibanding masa orde lama. Akankah masa-masa demikian akan sama dengan masa sekarang, yakni masa reformasi?.
Ternyata, peran fungsi partai, makin lama, semakin merosot dan diyakini tidak terlalu signifikan. Hal itu terbukti pada pemilihan presiden tahun 2004 kemaren, banyak partai politik yang secara massa sangat meyakinkan tapi tidak dapat mewujudkan cita-citanya untuk menduduki kursi kepresidenan. Hal itu juga dapat diperkuat dengan hasil penghitungan suara cagub-cawagub Jatim kali ini yang jauh dari prediksi kepartaian.
Pasangan Achsan (Achmady-Suhartono) yang diusung PKB, sebagai saah satu partai besar di Jatim, yang pada pemilu 2004 punya basis suara 31%, ternyata di pilgub kali ini hanya mendapat 7% suara. SR (Sutjipto-Ridwan), yang diusung PDIP dengan modal 21%, hampir balik modal dengan meraup dukungan kurang lebih 20%. Sedangkan Salam (Soenarjo-Ali Maschan), yang diusung Golkar dengan modal sekitar 13%, mendapat tambahan di pilgub kali ini dengan mendapat dukungan sekitar 18%. Tapi pasangan KaJi dan KarSa yang hanya dengan modal partai-partai kecil dapat memenangkan pertandingan kali ini. KarSa yang diusung PAN, Demokrat dan PKS, punya modal 13% dapat merebut sekitar 26%, sedangkan KaJi, dengan modal sekitar 15%, dari PPP dan aliansi partai non parlemen, berhasil meraup 25% suara.
Dengan fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa masyarakat dewasa ini tidak lagi seratus persen mengikuti jejak partai politik yang digelutinya. Dalam artian bahwa mereka sudah tidak selalu manut pada semua keputusan partainya, termasuk pemilihan pemimpin. Tapi, mereka lebih mengikuti hati nurani karena mereka memiliki kreteria tersendiri dalam pengangkatan seorang pemimpin. Tentunya seorang pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka, yang akan mampu mengangkat martabat dan hak-hak mereka, yang benar-benar memperjuangkan kesejahteraan mereka.
Sudah beberapa pereode, masyarakat selalu menjadi korban bobroknya pemerintahan. Mereka hanya dijadikan alat untuk meraup kekuasaan, janji-janji yang janjikan kepada mereka hanyalah hiasan mulut belaka. Tidak jarang masyarakat yang menderita tapi belum tersentuh oleh pemerintah manapun, masih banyak pengangguran tapi lapangan kerja semakin sempit, masih banyak masyarakat miskin, busung lapar, tapi tidak ada tangan yang menyantuninya, masih banyak anak putus sekolah tapi biaya pendidikan semakin melangit, masih banyak orang kurang gizi tapi biaya kesehatan tetap tidak dapat dijangkau. Oleh karena itu, masyarakat tidak menginginkan fenomena-fenomena demikian terulang lagi kali ini. Mereka benar-benar menginginkan jatim baru, jatim yang penuh perubahan dimana masyarakat aman, damai, sejahtera, dan hidup dalam pemerintahan yang jujur dan adil.
Di sinilah tugas yang cukup berat bagi KarSa dan KaJi, bagaimana kedua kandidat yang akan bersaing dalam putaran kedua nanti bisa mengajak masyarakat yang sedikit lebih “cerdas”, masyarakat yang butuh bukti bukan janji, masyarakat Jatim bukan masyarakat partai. Masyarakat yang mengidamkan demokratisasi di Jatim betul-betul mencerminkan hakikat kedaulatan rakyat, dengan prinsipnya from the people, by the people and for the people. Siapakah di antara keduanya yang dapat merebut nurani masyarakat???


*Aktivis Islamic Student Communication Forum,
berdomisili di PesMa IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahnks atas komentarnya...