Selamat Datang di tirmidzi85.blogspot.com, Semoga Bermanfaat bagi Kita Semua

Jumat, 03 April 2009

SPIRIT BARU KAPOLDA JATIM

SPIRIT BARU KAPOLDA JATIM
Oleh: Tirmidzi*)


Tidak seperti biasanya, pada tanggal 04 Maret kemaren jamaah shalat maghrib di masjid Ulul Al-Bab IAIN Sunan Ampel Surabaya dihadiri oleh beberapa personel polisi dari Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) jawa timur. Turut hadir dalam jamaah tersebut Bapak Prof. Dr. Nur Syam, MSi selaku rektor baru IAIN pereode 2008-2013.
Ada apa gerangan?, begitulah pertanyaan yang muncul di benak penulis dan mungkin juga di benak jamaah-jamaah lain yang hadir pada kesempatan itu. Pertanyaan tersebut baru terjawab setelah shalat jamaah selesai, ketika bapak Nur—sapaan akrab Nur Syam—menjelaskan tujuan kehadiran mereka dalam prakatanya. Mereka hadir di hadapan para jamaah tidak lain untuk silaturrahim sekaligus sosialisasi atas terpilihnya kepala kepolisian daerah jatim yang baru.
Kemudian hal itu dipertegas oleh Brigjen Pol Anton Bachrul Alam selaku kepala terpilih. Dalam kesempatan itu pula beliau memberikan sedikit pengarahan terhadap jamaah, yang menurutnya sebagai bentuk realisasi firman Tuhan; wa tawashow bi al-haqqi wa tawashow bi al-asshobri. Kemudian, beliau juga menyampaikan visi-misi kapolda jatim serta program-program yang akan dijalankan. Walaupun tidak secara komprehensif, penulis dapat mengasumsikan bahwa kapolda jatim yang baru memiliki spirit dan kometmen baru untuk membangun jatim masa depan yang patut diajungi jempol oleh masyarakat jatim.

Spirit Religius

Spirit atau kometmen baru dimaksud adalah membangun jatim menjadi lebih religius. Bapak Anton menyatakan bahwa kepolisian saat ini akan mengedepankan aspek keagamaan dari pada tugas lainnya. Terbukti, baru beberapa hari dia menjabat kapolda jatim sudah beberapa amanah keagamaan telah dianjurkan untuk menggembleng moralitas, spiritualitas, dan mentalitas anak buahnya. Pasalnya, aspek keagamaan merupakan induk segala aspek kehidupan umat manusia, termasuk masyarakat jatim.
Harus diakui bahwa hal demikian merupakan karunia yang tidak ternilai. Spirit tersebut di samping akan meminimalisasi anggapan publik bahwa kesatuan polisi hanya berkutat pada urusan kedisiplinan dan stabilitas lalulintas serta penertiban umum, juga bisa menjadi penopang yang akan akan memberikan konstribusi positif terhadap instansi-instansi yang selama ini berupaya untuk memperbaiki jatim, mengingat kondisi jatim dewasa ini hampir mengenaskan.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kapolda jatim merencanakan program-program religius dimana sebagian program telah “dibudayakan” di mapolda jatim. Di antara program tersebut adalah: Pertama, Shalat (jamaah) secara istiqomah. Setelah serah-terima kesatuan yang dilangsungkan pada tanggal 20 Februari kemaren, shalat (jamaah) dijadikan salah satu kewajiban yang dihimbau langsung oleh bapak Anton. Beliau yakin bahwa shalat bisa membangun kepercayaan (trust building) baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain, di samping akan mencegah kemungkaran sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran.
Beliau menguraikan bahwa apabila seluruh masyarakat istiqomah melakukan shalat, maka tidak akan terjadi perbuatan-perbuatan mungkar, termasuk pelanggaran-pelanggaran di lalulintas dan semacamnya. Shalat adalah media berdialog dengan tuhan, dengan demikian shalat adalah pekerjaan suci. Jadi apabila ada orang rajin mengerjakan shalat tapi juga senang melakukan pelanggaran-pelanggaran, maka ibadah shalatnya perlu dipertanyakan.
Kedua, Khotmil Quran. Dalam hal ini, Kombes Pol Dra. Pudji Astuti, MM. menyatakan bahwa bapak Anton meminta 30 orang dimana masing-masing diminta untuk mengaji satu juz al-Quran sehingga setiap hari khatam 30 juz. Kegiatan khotmil quran tersebut dijadikan media bermunajat melalui firman-Nya untuk meminta keamanan, perlindungan, dan kesejahteraan masyarakat jatim. Dia melanjutkan, kegiatan ini diselenggarakan setiap hari setelah shalat subuh, karena waktu itu merupakan waktu turunnya malaikat ke bumi, sehingga segala doa akan mudah dikabulkan. (Surya, 23/02).
Ketiga, Majlis Dzikir. Selain program religi di muka, kapolda jatim juga mengimbau anak buahnya untuk selalu ingat kepada Allah, karena Dialah yang Maha Suci, Melihat, Mendengar, dan Maha segala Maha. Kalimat dzikir yang dianjurkan adalah asmaul husna. Untuk merealisasikan program ini, kapolda membentuk tim khusus yang diberi nama “tim asmaul husna” yang diketuai oleh kabid telematika polda jatim, Kombes Pol Samsul Hadi. (Duta Masyarakat, 03/03).
Keempat, Rumah sakit iman. Sebagaimana dipaparkan oleh bapak Anton di masjid Ulul Al-Bab bahwa sekarang kapolda jatim telah membangun kompleks untuk orang-orang yang terjangkit penyakit spiritual. Dimungkinkan kompleks tersebut diperuntukkan pada narapidana (napi). Di kompleks itu, napi akan diberikan wawasan keagamaan dan pencerahan spiritual oleh pendamping yang memang telah dipilih sesuai kemampuannya. Kompleks itu mereka sebut sebagai “rumah sakit iman”.
Demikianlah program-program kapolda jatim yang baru. Program-program tersebut patut diapresiasi secara positif dan didukung oleh semua lapisan masyarakat. Sudah musti program demikan akan memberikan banyak konstribusi terhadap kemajuan jatim, dalam ranah keagamaan utamanya.
Menurut Dr. KH Said Aqil Siroj, ada empat macam semangat yang akan tercermin ketika spirit keagamaan diimplementasikan dengan baik. Pertama, Semangat Tabayun yang memiliki pengertian tidak benar apabila agama ditampilkan dengan kekerasan, karena tidak ada kekerasan dalam agama.
Kedua, Semangat Nasionalisme (Nation Spirit). Menurut Dr. KH Said Aqil Siroj, Nasionalisme atau kebangsaan tidak bertentangan dengan agama dan nasionalisme tidak harus dijadikan ideologi, tetapi dijadikan semangat nasionalisme. Karena hidup ini amanah dari Allah SWT dan harus diterima amanah tersebut dengan jujur dan bisa dipercaya. Dengan semangat ini, masyarakat bisa sadar bahwa mereka berada di dalam institusi (negara) yang memiliki aturan dan undang-undang, termasuk undang-undang lalulintas.
Ketiga, Semangat Keberagaman (Spirit Pluralist), bahwa Tuhan menghendaki menciptakan manusia, agama, suku-suku dan bangsa agar saling menunjang, melengkapi dan menciptakan keseimbangan. Keberagaman adalah karunia Allah terutama keberangaman di Indonesia ini.
Keempat, Semangat Kemanusiaan (Humanity Spirit), yaitu menghormati setiap orang yang akan kembali menghadap Tuhan. Orang yang beragama tidak akan saling melecehkan, menjatuhkan, apalagi saling membunuh satu sama lain.
Sebagai kata akhir, penulis hanya bisa berharap dengan program-program kapolda jatim yang baru akan benar-benar bisa menghadirkan empat spirit sebagaimana dikatakan oleh Dr. KH Said Aqil Siraj tersebut, sehingga jatim bisa menampilkan performancenya yang lebih agamis. Agamis dimaksud bukan hanya dengan menonjolkan, mementingkan symbol dan penampilan tetapi benar-benar membangun iman manusia yang sadar dengan Tuhan, masyarakat, dan lingkungan sekitar.



*) Penulis adalah Alumni PP. Annuqayah
dan Mahasantri PesMa IAIN Supel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahnks atas komentarnya...